Senin, 30 Januari 2012

Cikungunya Serang Warga Pulau Mules

RUTENG, POS KUPANG.COM--Warga Kampung Labuan Ntaur, Desa Nuca Molas, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai menderita penyakit malaria cikungunya. Hingga saat ini warga belum mendapat perawatan medis. Untuk memulihkan kondisi kesehatan warga satu kampung itu terpaksa digunakan ramuan tradisional.

Anggota DPRD Manggarai, Haji Ahmadin S Madilao, menyampaikan hal itu kepada Pos Kupang di Ruteng, Rabu (9/12/2009). Madilao menyampaikan hal itu setelah melakukan kunjungan kerja ke wilayah itu selama masa reses Dewan.

Menurutnya, warga satu kampung menderita nyilu pada bagian persendian, bahkan tidak bisa bangun dari tempat tidur. Kuat dugaan warga terserang cikungunya atau flu tulang. Penyakit serupa hampir diderita warga setiap tahun.

Madilao menjelaskan, ada berbagai penyebab penyakit tersebut, antara lain warga tidak mengonsumsi air minum bersih, tidak memiliki MCK dan kondisi lingkungan yang kurang terawat.

Madilao menjelaskan, untuk mencukupi kebutuhan air minum bersih, warga harus mengambil air di daratan Flores. Padahal sumber mata air di Pulau Mules sangat dekat dengan pemukiman warga. Hanya saja bak penampung sudah jebol dan beberapa pipa sudah rusak. Karena itu air minum bersih hanya mencukupi warga Kampung Konggang. Akibatnya, kata Madilao, masyarakat setempat sangat membutuhkan pelayanan medis untuk memulihkan kondisi kesehatan masyarakat.

"Saya sudah kunjungi mereka. Banyak warga mengeluh sakit pada persendian. Kita harapkan tim medis segera turun untuk atas," katanya.

Madilao mengemukakan, perlu ada patroli tetap dari tenaga medis untuk melayani warga Pulau Mules. Sebab tenaga medis yang diharapkan selama ini belum memberi pelayanan maksimal di daerah pulau itu. "Memang ada satu tenaga medis di Pulau Mules, tapi tidak bisa menjangkau kebutuhan pelayanan masyarakat tiga kampung d pulau itu," katanya.

Secara terpisah Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Manggarai, dr. Yulius Weng, M.Kes, yang dihubungi Pos Kupang mengaku belum mendapat laporan dari Puskesmas Narang. Meski demikian tim medis akan segera turun ke Pulau Mules untuk melakukan pemantauan dan memberi pertolongan. "Saya belum dapat laporan tapi saya tugaskan pegawai untuk pantau para korban," katanya. (lyn)

Angin Puting Beliung Makan Korban

Narang, Timex--Angin puting beliung disertai hujan deras sepanjang hari Sabtu (7 Februari 2009) kemarin berujung pada tewasnya seorang siswa SDI Bangka Keli, Kecamatan Satar Mese Barat Kabupaten Manggarai.
Inziden ini terjadi seekitar pukul 06.30 wita ketika atap gedung sekolah yang masih utuh dengan seng dihantam angin lalu menindis Putra Guntama yang sementara bermain bersama sang kakak di sekitar kompleks sekolah.

"Angin kencang menghantam SDI Bangka Keli, atap seng langsung rubuh dan menindis seorang siswa yang sementara bermain hingga tewas," kata Camat Satar Mese Barat, Drs. Marselinus Bandur kepada Timor Express, Sabtu (7 Februari) saat dihubungi melalui telepon genggamnya.


Peristiwa naas itu kata Camat Marsel terjadi sekitar pukul 6.30 wita, Sabtu kemarin. Sebagian besar siswa dan siswi belum masuk sekolah, kebetulan rumah korban tidak jauh dari lokasi kejadian. Korban saat kejadian sementara bermain dengan kakaknya, beruntung kakak korban masih bisa selamat.

Akibatnya kata dia, bagian belakang kepala remuk dan hancur sehingga nyawa korban tidak bisa diselamatkan. Meski sempat dilarikan ke Puskesmas Narang namun tidak bias tertolong lagi.

Camat mengakui,kondisi ruangan sekolah tersebut saat ini hancur berantakan. Bukan hanya atap yang rusak tetapi sebagian dinding juga ikut rusak sehingga tidak layak lagi untuk dilaksanakan kegiatan belajar dan mengajar. Pihaknya bersama kepala sekolah juga bersepakat untuk sementara menghentikan seluruh aktivitas disekolah itu hingga kondisi cuaca benar-benar normal.

"Bagian belakang kepala korban remuk dan hancur. Gedung sekolah itu juga hancur berantakan sehingga tidak bias dimanfaatkan lagi,"katanya. Rencananya lanjut Camat Marsel jenasah korban Putra akan dimakamkan pada Minggu atau senin esok. Sementara kedua orang tua korban hingga saat ini masih sangat shok sebab tidak disangka kalau sampai menelan korban hingga menewaskan anak kandung mereka.

Sementara itu, Bupati Manggarai, Drs. Christian Rotok, menyurati para camat agar selalu waspada terhadap curah hujan saat ini. Sebab memasuki periodesasi musim seperti ini curah hujan tinggi sangat berpotensi terjadinya bencana alam. Warga yang bermukim pada lokasi rawan bencana alama seperti tanah longsor dan banjir agar senantiasai waspada.

"Saya sudah keluarkan surat untuk semua camat,agar selalu waspada terhadap bencana alam,apalagi hujan terus mengguyur " ujar Bupati Rotok, kepada wartawan di Ruteng, Jumat (6 Februari).

Bupati Rotok diminta keterangan menyikapi hujan yang terjadi dalam pekan ini,cuaca buruk seperti angina kencang dan hujan deras hamper terjadi di semua kecamatan di Manggarai.

Bupati Rotok, menjelaskan, dalam surat kepada para camat mengandung tiga hal penting yakni, mitigasi, tanggap darurat dan pemulihan atau rekonstruksi. Namun yang paling penting adalah mitigasi. Tujuanya agar masyarakat waspada terhadap bencana alam sehingga tidak menelan korban jiwa.

Masyarakat diimbau selalu proaktif membaca gejala alam dan apabila kondisi kritis segera meninggalkan lokasi pemukiman apabila wilayah tersebut potensi longsor. "Warga yang tinggal di lokasi yang rawan bencana agar selalu hati-hati,terutama tanah longsor dan banjir,"tegasnya.

Secara prinsipil, katanya, pemerintah sudah mengantisipasi sejak awal dan kepada masyarakat diharapkan untuk selalu menyiapkan segala sesuatu apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. (kr-2)

Diduga Melakukan Tindakan Amoral Kepala Sekolah Pecat Delapan Siswa

RUTENG, Timex-Delapan orang siswa Kelas III Jurusan IPS SMAN 1 Narang, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai dipecat dari sekolah tempat mereka menimbah ilmu sejak 24 Januari lalu. Kepala sekolah memberhentikan mereka karena diduga telah melakukan tindakan amoral terhadap rekan siswi mereka serta beberapa tindakan lain.

Delapan orang korban pemecatan dari sekolah tersebut yakni Agustinus Sudirman, Ponsianus Carles, Frans Usman, Marsianus Dahlan, Yulianus Enggor, Bonifasius Bena, Fransiskus Bastian Rado dan Rudianus Ntulu.

Kepada koran ini, Sabtu (28/1) di Kantor Dinas PPO Manggarai mereka menuturkan, peristiwa berawal ketika mereka mengganggu rekan perempuan sekelas yakni Nastiana Menda ketika hendak pulang sekolah pada Jumat (20/1) lalu. Juru bicara mereka, Agustinus Sudirman membenarkan adanya peristiwa itu. "Betul kami ganggu, menghadang-hadang. Dia sempat menangis," katanya.

Namun, lanjut Agustinus, perbuatan itu hanya sekadar guyon sebab mereka biasa berbuat seperti itu. Bukan saja Nastiana tetapi rekan sekelas lain juga. "Kami sudah sangat akrab jadi kami biasa ganggu seperti itu," katanya.

Diakui, setelah peristiwa itu, ternyata Nastiana langsung melaporkan kepada guru bidang kesiswaan. Saat itu juga Agustinus dan rekannya diberi sanksi seperti push up, berlutut dan sanksi lain.

Ternyata belum berakhir karena beberapa hari kemudian kepala sekolah Gregorius Sono memberikan surat peringatan kepada delapan siswa itu yang intinya tidak boleh mengulangi perbuatan serupa. Lalu pada 24 Januari, kepala sekolah bersama ketua komite mengeluarkan surat pemberhentian kepada masing-masing siuswa yang isinya tidak boleh masuk sekolah lagi.

"Namun setelah itu, kami sempat mendatangi sekolah dengan berniat untuk mengikuti kegiatan belajar seperti biasa. Namun, niat kami ditolak mentah-mentah oleh guru dan mengusir pulang," kata Agustinus.

Mereka mengaku kaget dengan keputusan pihak sekolah tersebut. Mereka mengaku salah dan meminta maaf serta berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan yang sama. "Kami minta masuk sekolah kembali karena ujian nasional juga sudah dekat," ujar Agustinus.

Di Kantor Dinas PPO, depalan siswa diterima Sekretaris Dinas PPO, Aleks Jehamur. Alex mengatakan, Dinas PPO segera memanggil kepala sekolah untuk mengklarifikasi apa yang terjadi sebenarnya. Para orang tua korban pemecatan juga sudah datang ke Dinas PPO terkait persoalan tersebut serta membawa kopian surat pemberhentian yang dikeluarkan oleh kepala sekolah dan ketua komite berdasarkan sidang dewan guru dan komite bersama para orang tua siswa tersebut.

Surat pemecatan depalan siswa ditandatangani Ketua Komite Sekolah Thomas Jomar dan Kepsek Gergonius Sono. "Kami akan segera panggil kepala sekolah dan meminta klarifikasi," kata Alex.

Kepala sekolah, Gergonius Sono yang ditemui koran ini, Sabtu mengatakan, sekolah mengeluarkan surat itu bukan tanpa pertimbangan
matang. Apa yang dilakukan anak-anak, katanya, sudah melanggar tata tertib sekolah. Tindakan mereka seperti menghadang, memegang tangan, dan mengelus-elus, katanya, sudah masuk kategori amoral dan tidak boleh dilakukan oleh siswa siapa pun.

Keputusan memberhentikan mereka, jelasnya, dilakukan setelah ada rapat dewan guru dan komite sekolah. Dikatakan, peristiwa itu terjadi pada Jumat (20/1) lalu setelah jam sekolah Pukul 11.15 Wita. Sebagian besar siswa sudah pulang. "Mereka yang ada dalam kelas belum pulang karena hujan," jelas Gergonius.

Dijelaskan Gergonius, peristiwa itu terjadi di ruang kelas. Selain delapan siswa itu, dalam ruagan kelas juga ada dua rekan putri mereka. Yang satu mereka suruh keluar dari kelas. Saat korban juga hendak keluar ruangan, para pelaku menghadang, memegang tangan dan bahkan elus-elus korban dalam ruang kelas.

"Korban samapai menangis dan berteriak sehingga didengar oleh seorang guru yang kebetulan masih ada di kantin sekolah. Melihat guru itu datang para pelaku langsung kabur," kata Gergonius.

Disinggung kemungkinan untuk meninjau kembali keputusan itu, Kasek Sono, mengatakan, sementara ini tidak ada sebab keputusan itu ada dasar yang kuat. Selain itu, keputusan itu tidak dilakukan sendiri melainkan
setelah ada rapat dewan guru dan komite sekolah. "Saya akan beri penjelasan kepada Dinas PPO terkait keputusan ini," kata Gergonius. (kr2/ito)

Jalur Ruteng-Narang Rusak Berat

RUTENG, Timex - Kondisi jalan Ruteng menuju Narang Kecamatan Satar Mese Barat mulai dari Kebe Gego Desa Nao hingga Wae Mau Desa Golo Ropong dalam kondisi rusak berat. Aspal hancur, jalan berlubang dan hanya menyisahkan batu. Total kerusakan mencapai 17 kilometer.
Demikian dikatakan Golo Ropong, Marsi Jangkur kepada Timor Express, Senin (29 Desember) di Ruteng. Dikatakan, jalur Ruteng menuju Narang Kecamatan Satar Mese Barat mulai dari Kebe Gego hingga Wae Mau saat ini dalam kondisi rusak berat. Jika kondisi normal bisa ditempuh selama 30 menit, namun karena kondisi jalan sudah rusak, maka jarak tempuh bisa dua sampai tiga jam. “Sedikitnya ada 17 kilometer yang rusak parah, semua aspal sudah hancur,” katanya.

Kata Marsi, ruas jalan yang rusak tersebut sangat mengganggu dan menghambat aktivitas warga khususnya warga Satar Mese Barat. Diakui, selama ini belum ada upaya perbaikan dari pemerintah. Memang beberapa tahun sebelumnya ada beberapa kilometer yang pernah dikerjakan untuk perbaikan, namun sudah rusak kembali.

Karena itu, warga sangat mengharapkan agar pemerintah pada tahun mendatang bisa mengalokasikan anggaran untuk memperbaiki jalur tersebut sebab kondisi sangat memprihatinkan, mengingat jalur tersebut sudah merupakan jalan utama pasca pemekaran Kecamatan Satar Mese.

Jika tidak segera diperbaiki, maka warga akan kesulitan berakses ke pusat kota terutama jika hendak memasarkan hasil pertanian. “Kami sangat mengharapkan agar pemerintah segera memperbaiki jalur tersebut, sehingga tidak menyulitkan warga untuk pasarkan hasil pertanian,”kata Marsi.

Panitia anggaran DPRD Manggarai, Robert Funay mengatakan, kalangan dewan berupaya untuk mengakomodir permintaan warga setempat, apalagi jalur tersebut merupakan ruas jalan utama. Dengan demikian, diharapkan bisa diakomodir dalam anggaran induk 2009 mendatang. “Dewan akan akomodir dalam anggaran induk 2009 mendatang untuk perbaikan jalur tersebut,” kata Funay.

Sementara, Kadis PU Manggarai, Ketut Suastika menjelaskan, pihaknya sudah mengusulkan anggaran untuk perbaikan jalur Ruteng menuju Narang ibukota Kecamatan Satar Mese Barat khususnya pada beberapa ruas jalan yang rusak mulai Kebe Gego hingga Wae Mau.

“Dipastikan tahun 2009 jalur itu diperbaiki, kita sudah usulkan dalam anggaran induk,” katanya. Ditanya berapa anggaran yang dipersipakan, Ketut mengatakan, dana untuk perbaikan jalur itu masih dibahas dengan kalangan DPRD manggarai. (kr2)